TIMES JEPARA, CIANJUR – Di balik suara lembut dan semangatnya yang hangat, Mutiara Aulia, tumbuh menjadi salah satu representasi suara muda Kabupaten Cianjur yang tak lelah menyuarakan isu perlindungan anak, kesetaraan gender dan kepedulian sosial.
Lebih lanjut sebagai anak bungsu dari tiga bersaudara, Mutiara yang akrab disapa Tiara atau Ara menemukan panggilannya melalui berbagai pengalaman hidup dan keterlibatan aktif dalam kegiatan sosial.
Momen Duta Aksi Sosial Indonesia 2024, Mutiara Aulia, bersama anak-anak. (FOTO: Mutiara for TIMES Indonesia)
"Anak-anak di sekitar saya masih banyak yang belum terpenuhi hak dasarnya. Ini bukan hanya soal pendidikan, tapi juga tentang suara mereka yang belum terdengar," ujarnya dalam wawancara eksklusif bersama TIMES Indonesia, Jumat (8/8/2025).
Berprestasi Menginspirasi
Kepedulian itu tidak berhenti pada wacana. Mutiara aktif menjadi narasumber dalam sosialisasi Sekolah Ramah Anak (SRA) dan kampanye anti-perundungan dalam rangka Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5).
"Saya juga pernah berbicara di seminar Hari Anak Internasional, mengangkat pentingnya perlindungan hak anak dan pencegahan kekerasan," tutur Mutiara yang hobi menyanyi, bermain alat musik, membaca buku, menari, melukis dan aktif berkegiatan sosial.
Tak hanya di ruang diskusi, rekam jejak prestasinya pun menginspirasi. Ia meraih Juara 2 Reels Competition PSN UII (2023), Juara Favorit Festival Bahasa Ibu Internasional Dubas Jabar (2024), serta menjadi delegasi FISIP Festival UIN SGD Bandung (2024).
Dia juga menerima piagam sebagai anggota aktif Divisi 2 Forum Anak Daerah (FAD) Kabupaten Cianjur, dan mendapatkan penghargaan sebagai Duta Aksi Sosial Indonesia (2024).
Di panggung internasional, Mutiara terpilih menjadi delegasi dalam “LEARN SDGs to Indonesia Emas 2045 Forum” yang diikuti peserta dari lima negara pada 2025.
Bersuara dan Berdaya di Era Digital
Tak hanya itu mutiara juga sering di undang menyanyi di berbagai acara. Sebagai perempuan muda, pemilik akun media sosial Instagram @tiaraall_ meyakini bahwa kontribusi di era digital semakin terbuka luas. Namun, tantangannya adalah konsistensi.
“Yang sulit itu bukan mulai, tapi tetap teguh menyuarakan suara yang seharusnya tak pernah diabaikan,” ucapnya.
Lebih jauh menurut pandangannya, bahwa anak adalah cahaya masa depan. "Jika satu anak kehilangan haknya, maka cahaya masa depan akan meredup. Kita harus menjaganya bersama-sama," tambahnya sembari tersenyum manis.
Ia berharap masyarakat semakin sadar pentingnya pemenuhan hak anak dan tidak ragu mengambil peran. “Mari mulai dari langkah kecil. Satu suara, satu harapan, satu tindakan positif sangat berarti. Jangan pernah ragu untuk peduli,” tutupnya dengan nada penuh semangat. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Mutiara Aulia, Suara Muda Cianjur untuk Hak Anak dan Kepedulian Sosial
Pewarta | : Wandi Ruswannur |
Editor | : Ronny Wicaksono |