TIMES JEPARA, JAKARTA – Konklaf untuk memilih Paus sebagai pemimpin umat katolik sedunia sudah ditetapkan akan dimulai pada 7 Mei 2025 mendatang, dan bisa jadi pemilihannya nanti berubah, tidak harus selalu dari Eropa
Konklaf adalah sebuah pertemuan yang diadakan oleh Dewan Kardinal.
Mendiang Paus Fransiskus selama 12 tahun kepemimpinannya secara signifikan telah merubah Dewan Kardinal menjadi badan yang tidak lagi berpusat pada Eropa saja, namun bersifat internasional.
Selama kepemimpinan Paus Fransiskus lebih dari tiga perempat (108) dari 135 kardinal yang berhak memilih telah ditunjuk oleh Paus Fransiskus. Karena itu terbentuklah kembali yang namanya Dewan Kardinal.
Ke-135 Kardinal Elektor di Dewan Kardinal itu berasal dari 71 negara berbeda yang berasal dari lima benua.
Dari 135 anggota Dewan Kardinal itu, 108 ditunjuk oleh Paus Fransiskus, 22 karena diangkat oleh Benediktus XVI, dan lima lainnya oleh Santo Yohanes Paulus II yang telah menjadi "veteran" Konklaf.
Kelima veteran Konklaf itu adalah Philippe Barbarin (Kardinal Prancis), Josip Bozanic (Kardinal Kroasia), Vinko Puljic (Kardinal Bosnia Herzegovina), dan Peter Turkson (Kardinal Ghana)
Secara pribadi mendiang Paus Fransiskus cenderung menggeser pusat gravitasi Katolikisme ke arah Selatan Global, dengan fokus pada "pinggiran", dan tren yang lebih luas bahwa Gereja di masa depan kemungkinan akan semakin berwajah non-Eropa.
Untuk kali pertama, 12 negara akan diwakili oleh kardinal elektor asli mereka.
Di antaranya Kardinal Chibly Langlois dari Haiti Arlindo Furtado Gomes dari Tanjung Verde, Dieudonne Nzapalainga dari Republik Afrika Tengah, John Ribat dari Papua Nugini, Sebastian Francis dari Malaysia dan Anders Arborelius dari Swedia.
Juga Jean-Claude Hollerich dari Luksemburg, Virgilio do Carmo da Silva dari Timor Leste, William Seng Chye Goh dari Singapura, Adalberto Martínez Flores dari Paraguay, Stephen Ameyu Martin Mulla dari Sudan Selatan, dan Kardinal Ladislav Nemet dari Serbia.
Namun demikian Eropa masih memiliki pengaruh yang signifikan di Dewan Kardinal. Benua lama diwakili oleh 53 Kardinal elektor (beberapa di antaranya mengepalai Keuskupan dan Keuskupan Agung di negara-negara non-Eropa, atau menjabat sebagai Nuncio Apostolik di luar negeri atau di Kuria), dimana Italia masih memiliki jumlah terbesar (19), diikuti oleh Prancis (6) dan Spanyol (5).
Sementara 23 Kardinal dari Asia, 18 dari Afrika dan 4 dari Oseania,
37 Kardinal elektor berasal dari Amerika (16 dari Amerika Utara, 4 dari Amerika Tengah, dan 17 dari Amerika Selatan), 23 dari Asia, 18 dari Afrika, serta 4 dari Oseania.
Sehingga meskipun para Kardinal Eropa masih mewakili mayoritas dari mereka yang akan berkumpul dalam Konklaf, total seluruh dunia kini jelas melampaui Eropa, dan Amerika secara keseluruhan meningkatkan "bobotnya" secara signifikan.
Meskipun representasi regional saja tidak akan menentukan hasil pemilihan Paus baru, yang juga dipengaruhi oleh faktor-faktor penting lainnya, aspek geografis tidak bisa diabaikan mengingat dampak global dari peran Paus. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Pemimpin Katolik Sedunia, Paus Berikutnya Bisa Jadi Tidak Harus dari Eropa
Pewarta | : Widodo Irianto |
Editor | : Ronny Wicaksono |